![]() |
ayo..kita bantu saudara kita ini!!!! |
Allah lebih senang melihat orang mukmin yang kuat iman dan ekonominya dari muslim yang lemah.
Kemiskinan dan pengentasannya termasuk persoalan
kemasyarakatan, yang faktor penyebab dan tolok ukur kadarnya,
dapat berbeda akibat perbedaan lokasi dan situasi. Karena itu
Al-Quran tidak menetapkan kadarnya, dan tidak memberikan
petunjuk operasional yang rinci untuk pengentasannya.
SIAPA YANG DISEBUT MISKIN?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata "miskin" diartikan
sebagai tidak berharta benda; serba kekurangan (berpenghasilan
rendah). Sedangkan fakir diartikan sebagai orang yang sangat
berkekurangan; atau sangat miskin.
Dari bahasa aslinya (Arab) kata miskin terambil dari kata
sakana yang berarti diam atau tenang, sedang faqir dari kata
faqr yang pada mulanya berarti tulang punggung. Faqir adalah
orang yang patah tulang punggungnya, dalam arti bahwa beban
yang dipikulnya sedemikian berat sehingga "mematahkan" tulang
punggungnya.
Sebagai akibat dari tidak adanya definisi yang dikemukakan
Al-Quran untuk kedua istilah tersebut, para pakar Islam
berbeda pendapat dalam menetapkan tolok ukur kemiskinan dan
kefakiran.
Sebagian mereka berpendapat bahwa fakir adalah orang yang
berpenghasilan kurang dari setengah kebutuhan pokoknya, sedang
miskin adalah yang berpenghasilan di atas itu, namun tidak
cukup untuk menutupi kebutuhan pokoknya. Ada juga yang
mendefinisikan sebaliknya, sehingga menurut mereka keadaan si
fakir relatif lebih baik dari si miskin.
Al-Quran dan hadis tidak menetapkan angka tertentu lagi pasti
sebagai ukuran kemiskinan, Al-Quran menjadikan
setiap orang yang memerlukan sesuatu sebagai fakir atau miskin
yang harus dibantu.
Yusuf Qardhawi, seorang ulama kontemporer, menulis:
Menurut pandangan Islam, tidak dapat dibenarkan
seseorang yang hidup di tengah masyarakat Islam,
sekalipun Ahl Al-Dzimmah (warga negara non-Muslim),
menderita lapar, tidak berpakaian, menggelandang (tidak
bertempat tinggal) dan membujang.
Di tempat lain, Yusuf Qardhawi menyatakan bahwa biaya
pengobatan dan pendidikan pun termasuk kebutuhan primer yang
harus dipenuhi.
FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN
Memperhatikan akar kata "miskin" yang disebut di atas sebagai
berarti diam atau tidak bergerak diperoleh kesan bahwa faktor
utama penyebab kemiskinan adalah sikap berdiam diri, enggan,
atau tidak dapat bergerak dan berusaha. Keengganan berusaha
adalah penganiayaan terhadap diri sendiri, sedang
ketidakmampuan berusaha antara lain disebabkan oleh
penganiyaan manusia 1ain. Ketidakmampuan berusaha yang
disebabkan oleh orang lain diistilahkan pula dengan kemiskinan
struktural. Kesan ini lebih jelas lagi bila diperhatikan bahwa
jaminan rezeki yang dijanjikan Tuhan, ditujukan kepada makhluk
yang dinamainya dabbah, yang arti harfiahnya adalah yang
bergerak.
No comments:
Post a Comment