Memiliki
sebuah usaha yang besar dan berhasil, tentu idaman semua orang. Baik orang yang
sudah memiliki usaha ataupun belum. Itu merupakan sebuah sifat bawaan manusia
yang turun temurun.
Namun,
memiliki sebuah usaha besar dan berhasil, tak akan serta merta didapat. Ada
banyak kendala yang akan menghadang. Apalagi bagi kalangan yang baru membuka
usaha. Keadaan untuk mencapai BEP (break event point=keadaan impas) membutuhkan
waktu yang tidak sebentar.
Usaha
yang baik, tentunya memiliki nilai jual di mata masyarakat. Atau memiliki
tempat di hati masyarakat sebagai sebuah brand, imej atau merek. Nama
tertentu akan identik dengan produk tertentu. Semisal ketika mendengar
kata Ferrari, orang akan mengidentikannya dengan mobil mewah yang
hanya orang dari kalangan elit yang bisa memilikinya. Tentu dengan segala
kelebihan mobil tersebut dibanding mobil pasaran lainnya.
Atau
semisal Intel, orang pasti akan beranggapan bahwa sebuah prosesor
multi yang sangat dahsyat kualitasnya dalam sebuah komputer. Atau
juga Coca-Cola sebagai contoh minuman yang sudah memiliki hati di
masyarakat sebagai minuman dunia, karena hampir di semua negara dapat dijumpai
minuman ini. Dalam bidang pendidikan di Indonesia contohnya ada yang
nama Primagama, sebuah lembaga pendidikan privat yang berkualitas.
Semua orang sudah menerima akan hal itu.
Untuk
merintis usaha baru, kita harus belajar dari nama-nama popular di atas yang
sebenarnya memiliki kesamaan strategi dalam mengelola usahanya.
Pertama, promosi
dan promosi. Mereka, walau sudah memiliki nama, tapi terus dan terus
mengadakan promosi. Atau dalam kata umum disebut iklan. Tak ada kata berhenti
dalam beriklan mereka. Bahkan untuk sebuah iklan, mereka rela menghabiskan
ratusan juta rupiah, bahkan milyaran.
Kedua, inovasi. Sebuah
kata yang selalu harus ada. Kalau dalam usaha tak pernah ada inovasi, maka
tentu tak akan berkembang. Dalam inovasi, akan selalu dilakukan perbaikan
kualitas dari produk, sehingga semakin bermanfaat untuk masyarakat.
Ketiga, privatisasai
atau spesifikasi dalam bidang. Seperti Ferrari yang psesifik
dalam usaha mobil, Intel spesialis prosesor, Coca
Cola dalam bidang minuman, atau Primagamasebagai lembaga pendidikan
privat.
Keempat, pelayanan. Pelayanan
yang baik (prima), tentunya akan menambah pelanggan, dan mereka pun akan selalu
mengingat baiknya pelayanan kita.
Jadi,
langkah apa yang harus diperhatikan untuk memulai sebuah usaha, apa lagi jika
kita belum memiliki modal yang besar? Jawaban pertama tentunya adalah kesiapan
si pemilik usaha untuk memperjuangkan usahanya. Ia harus rela menghabiskan
waktu untuk memperbesar usaha. Tapi sayangnya yang kerap menjadi kendala umum
masyarakat Indonesia adalah kecenderungan untuk menjadikan usaha hanya sebagai
sambilan. Atau ‘nyambi’ begitu katanya.
Mengatakan
usaha yang dilakukan sebagai sambilan, adalah salah besar. Sebab yang harus
dilakukan adalah: Fokus dan fokus! Coba bayangkan, kertas tak akan pernah bisa
terbakar kalau tidak ada suryakanta. Dengan suryakanta, cahaya matahari bisa
terfokuskan pada satu titik, sehingga panasnya terkumpul, dan akhirnya bisa
membakar kertas.
Modal
bukan semata-mata berupa finansial. Tapi ruh dan semangat juga harus ada.
Seperti kata Aa Gym (Aa Gym Apa Adanya, 2003), kiat suksesnya
mengelola bisnis bukan berkat finansial semata, tapi keyakinan akan janji
Allah, kegigihan dalam berikhtiar dan menjadi orang yang terpercaya atau
kredibel.
Sebagai
contoh, bagaimana mengelola usaha tempat kursus privat pendidikan yang harus
berjuang mempromosikan usahanya lewat berbagai media. Baik selebaran, brosur,
spanduk, iklan di koran atau televisi, rapat orang tua murid, komite sekolah,
atau apa saja.
Selain
itu, secara spesifik promosi juga harus digunakan. Pemilihan waktu yang tepat
juga sangat mempengaruhi efektivitas sebuah promosi. Semisal dalam pembagian
rapor, atau ketika menginjak masa ujian. Pada saat momen seperti ini, promosi
yang ada harus lebih gencar promosi dari biasanya.
Sebagai
pengalaman, penulis membantu sebuah usaha Privat Belajar yang pemiliknya sangat
gencar memperjuangkan lembaganya. Dari brosur, selebaran, spanduk, maupun
segalanya ia gunakan untuk promosi. Terbukti, sampai sekarang usahanya masih
berjalan. Tanpa modal dari bank pun ia bisa! Demikian jawabannya. Tentu, asal
sudah memiliki sedikit dana operasional untuk menjalankan usaha. Kalau itu
sudah ada, modal dari bank akan menjadi modal nomor sekian.
Yang
menjadi masalah kebanyakan orang adalah usaha yang mereka lakukan cenderung
hanya sekedar iseng dan tidak memiliki mood menekuninya. Padahal,
dalam pengelolaan sebuah usaha, butuh keseriusan dan perjuangan. Usaha tak akan
berhasil tanpa rasa senang akan usaha yang dijalankan. Maka dari itu, nikmati
masa-masa perjuangan yang tengah dilalui, dan pada saatnya kelak pasti akan
menenemukan masa panen, dan rasa puas terhadap hasil usaha akan terwujud.
Hal
lain yang harus diperhatikan dalam berusaha harus fokus dalam 1 usaha
dulu,jangan bercabang, misalnya seandainya kita memilih usaha dalam
ternak,fokus dalam beternak dulu jangan sambil bisnis yang lain, seandainya
kita sedang usaha dalm bidang food and drink, fokuslan pada hal itu sampai kita
merasakan perjuangan dari awal usaha, bagaimana menghadapi kendalanya,
bagaimana memasarkan produk kita, bagaimana bisa mengembangkan bisnis kita itu
dll.
semoga
tulisan singkat ini bisa lebih menggugah kita, terutama saya pribadi agar lebih
fokus dan semangat dalm berusaha.
No comments:
Post a Comment